7 Kesalahan Fatal di Landing Page & Cara Cepat Mengatasinya!

Landing Page

Pernah nggak sih kamu buat iklan habis jutaan rupiah, trafik ke halaman penjualan ludes, tapi closing cuma segelintir? Rasanya kayak jualan bakso depan sekolah pas hari libur: orang lalu-lalang, tapi yang beli cuma tukang parkir. Tenang, kamu nggak sendirian. Mayoritas pemula mengalami kesalahan fatal landing page yang bikin konversi ambles. Nah, di artikel ini kita akan ngopi bareng dan bahas apa saja kesalahan itu—plus trik memperbaiki halaman penjualan yang bisa kamu coba malam ini juga.

Kesalahan #1: Headline yang Bikin Ngantuk

Bayangkan kamu buka email dan subjeknya cuma “Halo”. Auto skip, kan? Begitu juga pengunjung kamu kalau headline landing page-nya pasif atau terlalu umum.

Cara cepat mengatasinya:
Pakai formula PAS (Problem-Agitate-Solution) dalam 12 kata. Contoh:
❌ “Selamat Datang di Toko Kami”
✅ “Kopi Kulo, Bikin Ngantukmu Ludes dalam 3 Menit—Tanpa Gula Tambahan!”
Lihat perbedaan? Yang kedua langsung menyentuh rasa sakit (ngantuk) dan tawarkan solusi instan.

Kesalahan #2: CTA yang Sembunyi-sembunyi

Serius, ini paling sering terjadi. Tombol “Beli Sekarang” sekecil kancing baju bayi, warnanya malah mirip background. Hasilnya? Pengunjung mikir, “Lanjut ke mana nih?” lalu pergi.

Trik memperbaiki halaman penjualan:
• Gunakan warna kontras tapi tetap on brand.
• Letakkan tombol setelah setiap section value proposition (jadi pengunjung nggak perlu scroll jauh).
• Copy CTA harus jelas: “Dapatkan Kopi Segar Hari Ini” lebih manjur ketimbang “Submit”.

Kesalahan #3: Kecepatan Loading Seperti GPRS Jaman Dulu

Google bilang: tiap detik tambahan loading, konversi bisa turun 7%. Padahal, optimasi desain landing page modern seharusnya ringan.

Cara meningkatkan konversi landing page dalam 5 menit:

  1. Kompres semua gambar ke bawah 100 KB pakai TinyPNG.
  2. Matikan plugin WordPress yang nggak kepake.
  3. Aktifkan lazy-load.
    Praktik singkat ini sering bikin skor PageSpeed melonjak 20-30 poin.

Kesalahan #4: Nggak Mobile-Friendly

Coba buka halamanmu pakai HP. Kalau harus zoom-in zoom-out kayak baca peta kota, bye-bye konversi. Di 2024, >70% trafik berasal dari ponsel.

Solusi kilat:
• Pakai tema responsive otomatis (Elementor Hello, Astra, atau Webflow breakpoints).
• Pastikan ukuran font minimal 16 px.
• CTA berada di thumb zone (area jempol saat genggam HP).

Kesalahan #5: Kurang Elemen Kepercayaan

Lo beli bakso aja mikir: “Pakai daging asli nggak ya?” Apalagi belanja online. Review palsu, nol testimoni, atau nggak ada logo payment gateway bikin orang curiga.

Optimasi halaman agar terpercaya:
• Tempel social proof (screenshot DM pelanggan, rating 4.9/5, testimoni video 15 detik).
• Tambahkan badge garansi 30 hari uang kembali.
• Cantumkan metode pembayaran yang familiar (OVO, Gopay, Visa).

Bonus Mini-Kesalahan: Copy yang Terlalu Panjang atau Terlalu Pendek

Ada yang bilang “Copy panjang selalu menang”. Salah! Panjang boleh, asalkan tiap paragraf punya job jelas: membangun kepercayaan atau dorong action.

Cara cepat audit copy:
Baca paragraf satu per satu. Kalau bisa dihapus tanpa mengurangi kejelasan value, ya hapus. Tujuannya: bikin pengunjung tetap “terikat emosional” sampai menekan tombol CTA.

7. Kesalahan #6: Tidak Melakukan A/B Testing

Bayangkan pengendara F1 nggak pernah ganti ban—mustahil menang. Begitu juga landing page tanpa eksperimen.

Langkah praktik A/B testing untuk pemula:

  1. Ubah satu elemen saja (misalnya warna CTA atau headline).
  2. Gunakan Google Optimize atau SplitHero (gratis).
  3. Jalankan sampai 1.000 pengunjung per varian.
  4. Lihat metrik konversi, pilih pemenang, ulangi.

Frequently Asked Questions

“Berapa lama waktu ideal loading landing page?”

Idealnya di bawah 2 detik. Gunakan PageSpeed Insights untuk cek dan TinyPNG untuk kompresi gambar.

“Apakah harus pakai video di landing page?”

Tidak wajib. Video bisa naikkan konversi 30-40 %, tapi pastikan durasi <90 detik dan autoplay-muted agar nggak bikin slow load.

“Gimana kalau produk saya belum punya testimoni?”

Boleh pinjam testimoni beta-tester atau kasih produk gratis ke 5 orang pertama. Screenshot chat WhatsApp pun sudah cukup kuat sebagai social proof awal.

“Berapa kali CTA harus muncul di satu halaman?”

Minimal 3 kali: di atas fold, tengah konten, dan sebelum footer. Pastikan muncul secara alami, bukan memaksa.

“Apakah landing page harus selalu jualan?”

Tidak. Kadang tujuannya cuma ngumpulin email (lead magnet). Sesuaikan CTA dengan tujuan funnel: ‘Download Gratis’ vs ‘Beli Sekarang’.

“Apakah warna CTA harus selalu merah?”

Tidak. Warna kontras lebih penting. Merah bisa efektif, tapi jika brand-mu dominan hijau, tombol oranye atau kuning sering lebih mencolok.

“Berapa budget minimal untuk A/B testing?”

Gratis pakai Google Optimize + Google Analytics. Biaya utama hanya trafik iklan (Rp 50.000–100.000 di Facebook Ads) untuk dapat data yang cukup.

Penutupan: Waktunya Konversi Mu Melesat!

Ketika semua kesalahan fatal di atas teratasi, landing page kamu nggak cuma jadi “etalase” yang cantik, tapi mesin penjualan 24/7 yang ngeri-ngeri sedap. Ingat: setiap klik yang gagal konversi adalah peluang hilang. Tapi setiap perbaikan kecil—mulai dari headline yang lebih nendang hingga loading yang kilat—bisa berarti tambahan pembeli baru hari ini juga.

Jadi, ambil catatan dari 7 poin di atas, pilih 2 yang paling gampang kamu lakukan malam ini, dan eksekusi. Besok pagi, cek kembali dashboard konversimu. Siapa tahu, selisihnya cuma satu tombol CTA yang lebih terang.

Sekarang, giliran kamu. Mau memulai dari perbaikan headline atau langsung kompres gambar? Pilih satu, terapkan, dan kasih tahu hasilnya ke kolom komentar. Konversi tinggi itu bukan sihir—itu hasil dari tindakan kecil yang konsisten. Ayo, gas pol!

Resource 


landing page, konversi, kesalahan umum, optimasi halaman 7 Kesalahan Fatal di Landing Page & Cara Cepat Mengatasinya!